CARA PRIMITIF DALAM PEMURTADAN
Banyak cara ditempuh para misionaris demi memurtadkan umat Islam. Media Dakwah (No. 192 – Juni 1990) memuat bocoran dokumen Keputusan Dewan Gereja Indonesia di Jakarta tertanggal 31 September 1979 perihal program jangka panjang kristenisasi di Indonesia yang intinya bertujuan meningkatkan populasi umat Kristen agar sama dengan umat Islam. Ini dilakukan dengan mempropagandakan program keluarga berencana kepada kalangan Muslim dan mengharamkannya bagi kalangan Kristen. Berikut ini ialah sebagian modus kristenisasi yang ada di lapangan.
PENDIDIKAN
Bagi para misionaris, pendidikan merupakan jalan terbaik untuk mempengaruhi masyarakat. John Moot, misionaris Amerika, mengatakan, “Kami harus mengajarkan ajaran agama kepada anak-anak. Sebelum dewasa, anak-anak itu harus kami tarik ke Kristen dan sebelum konsep Islam terbentuk dalam jiwa anak- anak itu, jiwa mereka harus kami tundukkan. ” Karena itu, mereka mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, tentu saja dengan kualitas pendidikan dan fasilitas yang canggih. Karenanya, bisa dimaklumi mengapa kalangan Kristen seperti kebakaran jenggot ketika RUU Sisdiknas hendak di-UU-kan.
KESEHATAN & PENGOBATAN
Di dunia ini akan selalu ada orang yang sakit dan orang sakit akan selalu memerlukan dokter. Di mana ada kebutuhan terhadap dokter, di sana ada kesempatan untuk menyebarkan ajaran agama. Di rumah sakit Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, pasien Muslim biasanya mendapat brosur tentang penghiburan dan penyembuhan Yesus Kristus. Di rumah sakit Advent Bandung, pasien Muslim diajak berdoa bersama oleh rohaniwan rumah sakit dengan tata cara peribadatan Kristen. Tahun 2003 lalu diselenggarakan Bandung Festival 2003 di GOR Saparua, Bandung. Dalam poster dan selebaran tertera bahwa di sana akan ada pengobatan gratis oleh Peter Youngren. Dari susunan acara yang mencantumkan doa bersama, dari sosok Peter Youngren yang mejeng di poster, dan dari penyelenggara acara itu, mudah ditebak bahwa itu adalah ajang pemurtadan di tengah kota.
PERKAWINAN DAN PEMERKOSAAN
Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen. Ia diberi minuman perangsang lalu diperkosa. Setelah tak berdaya, ia dibaptis. Linda, siswi SPK Aisyah Padang, diculik, disekap, diteror secara kejiwaan supaya murtad ke Kristen dan menyembah Yesus Kristus. Di Bekasi, seorang pemuda Kristen pura-pura masuk Islam lalu menikahi seorang gadis Muslimah salehah. Setelah menikah, mereka melakukan hubungan suami-istri. Adegan ranjang yang telah direncanakan itu difoto oleh kawan pemuda Kristen itu. Setelah dicetak, foto itu ditunjukkan kepada sang Muslimah dibarengi pertanyaan: “Tetap Islam atau pindah ke Kristen?” Bila tidak pindah agama, foto-foto telanjang Muslimah itu akan disebarluaskan. Karena tidak kuat mental, akhirnya sang muslimah terpaksa dibaptis demi menghindari aib.
NARKOBA
Di Desa Langensari, Lembang, Bandung, Yayasan Sekolah Tinggi Theologi (STT) Doulos menyebarkan Kristen dengan cara merosak moral calon korbannya terlebih dahulu. Di sana, para pemuda berusia 15 tahunan dicekoki minuman keras dan obat-obatan terlarang sampai kecanduan berat. Setelah kecanduan, para pemuda itu dimasukkan ke panti rehabilitasi Doulos untuk disembuhkan sambil dicekoki injil (Republika, 10 dan 12 April 1999).
FILANTROPI
Para misionaris sering menampilkan diri sebagai orang yang penuh belas kasih terhadap sesama manusia. Mereka mendatangi orang- orang miskin sambil menawarkan makanan (beras, mi instan, gula, dll.) secara gratis. Mereka juga memberi obat-obatan, pakaian bekas, alat-alat pertanian (bibit, pupuk, obat pembunuh serangga/hama, dll.). Setelah orang desa merasakan manfaatnya, barulah para misionaris menyatakan maksud yang sebenarnya, bahwa mereka adalah pelayan dari Yesus Kristus, dan bantuan yang orang desa nikmati itu adalah dari Yesus. Lalu sang misionaris bertanya, mana yang lebih baik, Islam atau Kristen? Singkatnya, masyarakat desa dibaptis. Kristenisasi berkedok Islam Para misionaris menggunakan idiom-idiom keislaman dalam tata cara peribadahan serta menerbitkan buku-buku dan brosur berwajah Islam, tapi isinya memutarbalikkan ayat- ayat al-Quran dan hadis, untuk mendangkalkan akidah umat. Ayat-ayat Ilahi dipermainkan untuk melecehkan Islam sembari menjunjung tinggi Kristen. Maksudnya jelas, agar kaum muslim meragukan ajaran Islam lalu pindah ke Kristen. Cara ini dilakukan misalnya dengan meniru kebiasaan umat Islam dalam hal bangunan dan tata cara ritual. Bangunan gereja GPIB Padang memakai lambang- lambang Minang untuk merayu orang Minang agar tertarik kepada Kristen. Di beberapa desa di Yogyakarta, misionaris meniru adat kebiasaan umat Islam, seperti tahlilan, pakai kopiah yang biasa dipakai umat Islam, dan tak lupa mengucapkan salam ‘ Assalaamu’alaykum’, dll. Ada juga sholat 7 waktu dengan pakai peci, sajadah, tiwalul Injil dan qasidah versi Kristen yang dilakukan oleh Kristen sekte Ortodoks Syria. Mereka juga sering mengadakan natalan bersama dengan memakai atribut Islam, seperti yang pernah dilakukan jemaat Doulos di Kampung Sawah.
PENERBITAN BUKU
Buku yang diterbitkan ada yang berwajah Islam dan ada yang langsung menghujat Islam. Contoh yang berwajah Islam adalah Ayat-ayat Al-Quran karya Drs. A. Poernarna Winangun. Sementara Islamic Invasion: Confronting the World ’s Fastest Growing Religion oleh Robert Morey adalah contoh yang menghujat. Dan masih banyak lagi buku-buku sejenis. Ada dua target yang ingin dicapai dengan menerbitkan buku-buku berwajah Islam. Pertama, target ke dalam, yaitu memantapkan ajaran Kristen, seolah-olah ajaran Kristenlah yang benar. Kedua, target ke luar, yakni mengelabui umat Islam yang masih dangkal pemahaman agamanya, agar mau membaca lalu meyakini doktrin Kristen. Buku-buku itu diterbitkan oleh Yayasan Jalan Al-Rachmat, Yayasan Christian Center Nehemia Jakarta, Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiah (YPPA), Dakwah Ukhuwah, dan Iman Taat kepada Shiraathal Mustaqiim. Sementara buku yang menghujat biasanya terjemahan tanpa identitas penerbit asli.
MISTIK
Para misionaris kini kerap menggunakan jurus-jurus alam gaib untuk memurtadkan orang Islam. Sabili (Edisi 12 – Desember 2003) dan GATRA (Edisi 51, 31 Oktober 2003), menurunkan laporan mengenai maraknya aksi pemurtadan lewat jin, sihir, dan hipnotis di Sumatra Barat. Banyak muslimah di sana yang dibuat kesurupan lantas diajak masuk Kristen. Ada juga yang ketika kesurupan selalu mengucapkan kata-kata khas Kristen seperti ‘Yesus’, ‘Bunda Maria’, dan marah bila dibacakan ayat-ayat al-Quran.
KESIMPULAN: Demikianlah sepak terjang kristenisasi di dunia Islam. Dengan militansi yang tinggi, organisasi yang rapi, dana yang tak terbatas, para misionaris leluasa mengobok- obok dunia Islam. Satu hal yang patut kita renungi, di kalangan Kristen sendiri sebenarnya terjadi perpecahan yang amat parah. Mereka terbagi dalam banyak kelompok yang saling bertikai bahkan mengkafirkan satu sama lain. Tapi dalam melakukan aktivitas kristenisasi, kelompok- kelompok itu menghilangkan perbedaan di antara mereka dan bersatu-padu dalam satu barisan. Bagaimana dengan kita?


The Soda Pop